Orang Mongondow sebagian besar mendiami Kabupaten Bolaang Mongondow di Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten yang terdiri atas 15 kecamatan ini dihuni oleh beberapa sub-suku bangsa. Sub-suku bangsanya, Mongondow, Bintauna, Bolaang Itang, Kaidipang, dan Bolaang Uki. Pada zaman dulu kelimanya berbentuk kerajaan-kerajaan kecil.
Bahasa Suku Mongondow
Bahasa Mongondow memiliki lima dialek dari setiap sub-suku bangsa tersebut di atas. BahasaMongondow menjadi bahasa perantara di antara masyarakat-masyarakat di wilayah ini.
Pemukiman Suku Mongondow
Pemukiman masyarakat ini tersebar baik di dataran rendah maupun di daerah berbukit-bukit. Perumahan mereka umumnya berjajar di sepanjang jalan utama yang membelah desa. Rumah-rumah rakyat biasa disebut baloi, rumah milik golongan bangsawan dan orang kaya lebih besar dan bagus disebut komaliq. Di ladang atau sawah mereka dirikan gubuk sementara yang disebut laiq atau lurung, dan untuk menyimpan hasil panen mereka dirikan bangunan khusus yang disebut langkeang.
Mata Pencaharian Suku Mongondow
Mata pencaharian utama suku bangsa mongondow adalah bertani di sawah dan di ladang, dimana mereka menanam padi, jagung, sayur, ubi-ubian, buah-buahan, pisang, cengkeh, pala dan kelapa. Selain itu, sebagian dari mereka masih senang berburu dan meramu hasil hutan. Di kota-kota banyak pula yang menjadi pedagang hasil bumi, barang kelontong, bahan makanan di samping bekerja sebagai pegawai negeri dan swasta.
Masyarakat Suku Mongondow
Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya dikenal dengan istilah tongkolaki. Kelompok kekerabatan berupa keluarga luas terbatas mereka sebut tonggobuan, dan yang lebih luas lagi (klan patrilineal) mereka sebut motoadi. Sistem kekerabatan yang berlaku dalammasyarakat Mongondow ini adalah patrilineal.
Pengaruh sistem sosial zaman kerajaan-kerajaan dulu pada masa sekarang terasa dalammasyarakat Mongondow, karena mereka masih mengenal adanya golongan bangsawan yang disebut kinalang dan golongan rakyat biasa yang disebut paloko. Golongan kinalang yang terdiri atas keturunan raja-raja disebut mododatu dan keturunan bangsawan kerajaan disebut kohongian. Golongan paloko sendiri sering pula disebut simpal. Pada zaman dulu di lapisan terbawah dikenal adanya golongan tahiq atau yobuat, yaitu para budak atau hamba sahaya.
Pada zaman kerajaan kekuasaan tertinggi dipegang oleh raja yang disebut dato atau datu. Para pembantu raja disebut jogugu. Bendahara disebut sahada. Kerajaan-kerajaan itu dibagi menjadi beberapa daerah yang dipimpin oleh seorang penghulu atau marsaole. Desa dipimpin oleh seorang kepala desa yang disebut bobato atau sangadi yang dipilih atas kesepakatan masyarakat desa berdasarkan azas senioritas, keahlian dalam adat, pengalaman dan wibawa.
Agama Dan Kepercayaan Orang Mongondow
Pada masa sekarang orang Mongondow kebanyakan memeluk agama Kristen, walaupun begitu beberapa kelompok masih percaya kepada sistem kepercayaan warisan nenek moyang mereka.
Referensi : Kaudern 1937, Kalangie 1983, Depdikbud 1977
0 Response to "Sejarah suku mongondow di sulawesi"
Posting Komentar